Syair Hati

Friday, September 22, 2006

Putri Tandampalik

Friday, November 18, 2005 - Sumber : e-smartschool.com

Dahulu, terdapat sebuah negeri yang bernama negeri Luwu, yang terletak di pulau Sulawesi. Negeri Luwu dipimpin oleh seorang raja yang bernama La Busatana Datu Maongge, sering dipanggil Raja atau Datu Luwu. Karena sikapnya yang adil, arif dan bijaksana, maka rakyatnya hidup makmur. Sebagian besar pekerjaan rakyat Luwu adalah petani dan nelayan. Datu Luwu mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, namanya Putri Tandampalik. Kecantikan dan perilakunya telah diketahui orang banyak. Termasuk di antaranya Raja Bone yang tinggalnya sangat jauh dari Luwu.

Raja Bone ingin menikahkan anaknya dengan Putri Tandampalik. Ia mengutus beberapa utusannya untuk menemui Datu Luwu untuk melamar Putri Tandampalik. Datu Luwu menjadi bimbang, karena dalam adatnya, seorang gadis Luwu tidak dibenarkan menikah dengan pemuda dari negeri lain. Tetapi, jika lamaran tersebut ditolak, ia khawatir akan terjadi perang dan akan membuat rakyat menderita. Meskipun berat akibat yang akan diterima, Datu Lawu memutuskan untuk menerima pinangan itu. "Biarlah aku dikutuk asal rakyatku tidak menderita," pikir Datu Luwu.
Beberapa hari kemudian utusan Raja Bone tiba ke negeri Luwu. Mereka sangat sopan dan ramah. Tidak ada iringan pasukan atau armada perang di pelabuhan, seperti yang diperkirakan oleh Datu Luwu. Datu Luwu menerima utusan itu dengan ramah. Saat mereka mengutarakan maksud kedatangannya, Datu Luwu belum bisa memberikan jawaban menerima atau menolak lamaran tersebut. Utusan Raja Bone memahami dan mengerti keputusan Datu Luwu. Mereka pun pulang kembali ke negerinya.

Keesokan harinya, terjadi kegaduhan di negeri Luwu. Putri Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat menjijikkan. Para tabib istana mengatakan Putri Tandampalik terserang penyakit menular yang berbahaya. Berita cepat tersebar. Rakyat negeri Luwu dirundung kesedihan. Datu Luwu yang mereka hormati dan Putri Tandampalik yang mereka cintai sedang mendapat musibah. Setelah berpikir dan menimbang-nimbang, Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan anaknya. Karena banyak rakyat yang akan tertular jika Putri Tandampalik tidak diasingkan ke daerah lain. Keputusan itu dipilih Datu Luwu dengan berat hati. Putri Tandampalik tidak berkecil hati atau marah pada ayahandanya. Lalu ia pergi dengan perahu bersama beberapa pengawal setianya. Sebelum pergi, Datu Luwu memberikan sebuah keris pada Putri Tandampalik, sebagai tanda bahwa ia tidak pernah melupakan apalagi membuang anaknya.

Setelah berbulan-bulan berlayar tanpa tujuan, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau. Pulau itu berhawa sejuk dengan pepohonan yang tumbuh dengan subur. Seorang pengawal menemukan buah Wajao saat pertama kali menginjakkan kakinya di tempat itu. "Pulau ini kuberi nama Pulau Wajo," kata Putri Tandampalik. Sejak saat itu, Putri Tandampalik dan pengikutnya memulai kehidupan baru. Mereka mulai dengan segala kesederhanaan. Mereka terus bekerja keras, penuh dengan semangat dan gembira.

Pada suatu hari Putri Tandampalik duduk di tepi danau. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampirinya. Kerbau bule itu menjilatinya dengan lembut. Semula, Putri Tandampalik hendak mengusirnya. Tapi, hewan itu tampak jinak dan terus menjilatinya. Akhirnya ia diamkan saja. Ajaib! Setelah berkali-kali dijilati, luka berair di tubuh Putri Tandampalik hilang tanpa bekas. Kulitnya kembali halus dan bersih seperti semula. Putri Tandampalik terharu dan bersyukur pada Tuhan, penyakitnya telah sembuh. "Sejak saat ini kuminta kalian jangan menyembelih atau memakan kerbau bule, karena hewan ini telah membuatku sembuh," kata Putri Tandampalik pada para pengawalnya. Permintaan Putri Tandampalik itu langsung dipenuhi oleh semua orang di Pulau Wajo hingga sekarang. Kerbau bule yang berada di Pulau Wajo dibiarkan hidup bebas dan beranak pinak.

Di suatu malam, Putri Tandampalik bermimpi didatangi oleh seorang pemuda yang tampan. "Siapakah namamu dan mengapa putri secantik dirimu bisa berada di tempat seperti ini?" tanya pemuda itu dengan lembut. Lalu Putri Tandampalik menceritakan semuanya. "Wahai pemuda, siapa dirimu dan dari mana asalmu ?" tanya Putri Tandampalik. Pemuda itu tidak menjawab, tapi justru balik bertanya, "Putri Tandampalik maukah engkau menjadi istriku?" Sebelum Putri Tandampalik sempat menjawab, ia terbangun dari tidurnya. Putri Tandampalik merasa mimpinya merupakan tanda baik baginya.

Sementara, nun jauh di Bone, Putra Mahkota Kerajaan Bone sedang asyik berburu. Ia ditemani oleh Anre Pguru Pakanranyeng Panglima Kerajaan Bone dan beberapa pengawalnya. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota tidak sadar kalau ia sudah terpisah dari rombongan dan tersesat di hutan. Malam semakin larut, Putra Mahkota tidak dapat memejamkan matanya. Suara-suara hewan malam membuatnya terus terjaga dan gelisah. Di kejauhanm, ia melihat seberkas cahaya. Ia memberanikan diri untuk mencari dari mana asal cahaya itu. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah perkampungan yang letaknya sangat jauh. Sesampainya di sana, Putra Mahkota memasuki sebuah rumah yang nampak kosong. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis cantik sedang menjerang air di dalam rumah itu. Gadis cantik itu tidak lain adalah Putri Tandampalik.

"Mungkinkah ada bidadari di tempat asing begini ?" pikir putra Mahkota. Merasa ada yang mengawasi, Putri Tandampalik menoleh. Sang Putri tergagap," rasanya dialah pemuda yang ada dalam mimpiku," pikirnya. Kemudian mereka berdua berkenalan. Dalam waktu singkat, keduanya sudah akrab. Putri Tandampalik merasa pemuda yang kini berada di hadapannya adalah seorang pemuda yang halus tutur bahasanya. Meski ia seorang calon raja, ia sangat sopan dan rendah hati. Sebaliknya, bagi Putra Mahkota, Putri Tandampalik adalah seorang gadis yang anggun tetapi tidak sombong. Kecantikan dan penampilannya yang sederhana membuat Putra Mahkota kagum dan langsing menaruh hati.

Setelah beberapa hari tinggal di desa tersebut, Putra Mahkota kembali ke negerinya karena banyak kewajiban yang harus diselesaikan di Istana Bone. Sejak berpisah dengan Putri Tandampalik, ingatan sang Pangeran selalu tertuju pada wajah cantik itu. Ingin rasanya Putra Mahkota tinggal di Pulau Wajo. Anre Guru Pakanyareng, Panglima Perang Kerajaan Bone yang ikut serta menemani Putra Mahkota berburu, mengetahui apa yang dirasakan oleh anak rajanya itu. Anre Guru Pakanyareng sering melihat Putra Mahkota duduk berlama-lama di tepi telaga. Maka Anre Guru Pakanyareng segera menghadap Raja Bone dan menceritakan semua kejadian yang mereka alami di pulau Wajo. "Hamba mengusulkan Paduka segera melamar Putri Tandampalik," kata Anre Guru Pakanyareng. Raja Bone setuju dan segera mengirim utusan untuk meminang Putri Tandampalik.
Ketika utusan Raja Bone tiba di Pulau Wajo, Putri Tandampalik tidak langsung menerima lamaran Putra Mahkota. Ia hanya memberikan keris pusaka Kerajaan Luwu yang diberikan ayahandanya ketia ia di asingkan. Putri Tandampalik mengatakan bila keris itu diterima dengan baik oleh Datu Luwu berarti pinangan diterima. Putra Mahkota segera berangkat ke Kerajaan Luwu sendirian. Perjalanan berhari-hari dijalani oleh Putra Mahkota dengan penuh semangat. Setelah sampai di Kerajaan Luwu, Putra Mahkota menceritakan pertemuannya dengan Putri Tandampalik dan menyerahkan keris pusaka itu pada Datu Luwu.

Datu Luwu dan permaisuri sangat gembira mendengar berita baik tersebut. Datu Luwu merasa Putra Mahkota adalah seorang pemuda yang gigih, bertutur kata lembut, sopan dan penuh semangat. Maka ia pun menerima keris pusaka itu dengan tulus. Tanpa menunggu lama, Datu Luwu dan permaisuri datang mengunjungi pulau Wajo untuk bertemu dengan anaknya. Pertemuan Datu Luwu dan anak tunggal kesayangannya sangat mengharukan. Datu Luwu merasa bersalah telah mengasingkan anaknya. Tetapi sebaliknya, Putri Tandampalik bersyukur karena rakyat Luwu terhindar dari penyakit menular yang dideritanya. Akhirnya Putri Tandampalik menikah dengan Putra Mahkota Bone dan dilangsungkan di Pulau Wajo. Beberapa tahun kemudian, Putra Mahkota naik tahta. Beliau menjadi raja yang arif dan bijaksana.
.

Sayair Bagi Pendidik

Syair Abil Aswad ad Da'uli, yang didendangkan oleh Asma'ai
" Wahai sang pendidik yang mendidik orang
Bagaimana bisa dirimu menjadi pendidik
Enskau memberikan obat bagi orang yang sakit
Dan orang yang merintih agar sembuh sedang engkau juga sakit
Mulailah dari dirimu krena akalmu tidak terbina
Mulailah dari dirimu dan hilangkan sifat burukmu
Jika engkau telah menghilangkan sifat burukmu maka
engkau dapat menjadi orang yang bijaksana."
Syair
" Adab yang diajarkan ketika kecil dapat bermanfaat
sedangkan adab yang diajarkan setelah tua tidak dapat bermanfaat
Ranting yang masih muda jika engkau luruskan akan menjadi lurus
sedangkan sebatang kayu jika engkau bengkokkan maka dia akan menjadi patah."
Syair Nafthawiyyah
"Aku melihat aku lupa apa yang aku pelajari ketika besar
Dan aku tidak melupakan apa yang aku pelajari ketika kecil
Ilmu itu tidak lain adalah yang dipelajari ketika kecil
Dan sifat pemurah akan muncul setelah seseorang menjadi dewasa
Dan ilmu yang dipelajari setelah tumbuh uban adalah sebuah kerja keras
Karena hati, pendengaran, dan penglihatan seseorang telah menjadi letih
Seandainya hati pelajar diresapi dengan ilmu ketika masih muda
Niscaya dia kan melihat ilmu di dalamnya seperti lukisan di atas batu."
Syair Syauqi
"Semoga anak kecil yang dididik oleh kaumnya
kemuliaan dan menjaga akhlaq yang mulia
Menjadi orang yang bermanfaat dan menjadi kebanggaan bagi kaumnya
Jika mereka membiarkannya maka dia akan menjadi cela dan kehinaan bagi mereka
Maka didiklah dia semampumu, mudah-mudahan dia menjadi generasi
yang kan mendatangkan suatu keajaiban."
Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar r.a. berkata, "Aku mendengar Rosulullah saw bersabda," Kamu semua adalah pengembala dan kamu semua bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Dan seorang bapak adalah penggembala bagi keluarganya, dan seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab terhadap gembalanya, dan seorang pembatu adalah penggembala pada harta tuannya dan bertanggung jawab pada gembalanya, dan kamu semua penggembala dan bertanggung jawab pada gembalanya."
Palembang, 23 September 2006

Tuesday, September 19, 2006

Nak, manisnya dirimu hari ini, Sayang...

Nak...betapa rindu bila tak bertemu denganmu
sungguh sayang bila hari-hariku ku tak bersamamu
Nak, marahkah engkau bila aku memarahimu
Aku pun terkadang tidak mengindahkan permintaanmu
Aku selalu mengacuhkan bila kau bertanya padaku
Nak, betapa sayang Bunda kepadamu
Ingat, Bunda marah bukan karena Bunda nggak sayang
Bunda bahkan sangat sayang pada kalian
Bunda sangat sayang...
Bunda sedih bila hari ini kau bisa makan enak dan berpakaian bagus
tetapi pada hari kebangkitan kelak kau akan memakan makanan busuk dan bernanah
berpakaian air neraka
Bunda sangat sayang kepada kalian
Bunda tak ingin hari ini kalian tertawa renyah
tapi kelak engkau menangis meminta pertolongan
dan pada saat itu Bunda tidak bisa berbuat apapun untuk menolong kalian
Nak...
Betapa nikmat Allah tercurah kepada Bunda
Allah mempercayai Bunda
akan kemanakah Bunda meminta tolong bila nikmat itu tersiakan?
Nak...
Betapa besar tangung jawab Bunda
Sungguh, Bunda merasa, di pundak Bunda ada berton-ton barang berat
Bunda kadang merasa tak sanggup untuk memikulnya
Nak...
Betapa sedih hati Bunda saat apa pun kebaikan yang Bunda sampaikan
belum masuk ke dalam hatimu
Bunda tahu Allah itu melihat proses bukan hasil yang dicapai
Bunda sangat yakin dengan itu
Bunda yakin Allah akan membalas yang setimpal dengan apapun yang kita lakukan.
Bukankah...
Famaiya'mak misqolla zahrahtin khoirah yarrah
wamayyakmal misqolah zahratin syaroyyarah
Maukah kalian membantu Bunda?
Bantu Bunda untuk melakukan kebaikan
Itu sudah cukup bagi Bunda
Bunda tidak meminta materi ataupun balas jasa dari kalian
Karena kalian adalah anak Bunda, permata hati Bunda
Permata itu harus dijaga biar kilaunya tidak cepat pudar.
Nak...sekali lagi...
Bunda sayang kalian...
Moga keberhasilan selalu menyertai kalian, dunia wal akhirat. Aamiin...
19 Sept 2006